Rabu, 20 Januari 2010

Efek Kupu-Kupu Lorentz


Sebuah kepakan sayap kupu-kupu di Brasil bisa memicu terjadinya tornado di Texas beberapa bulan kemudian.

Di seantero alam semesta ciptaan Allah inilah, kita dapat mengamati dan mencermati berbagai system yang seimbang dan proporsional. Tanpa kita sadari, ada semacam jejaring halus yang menghubungkan setiap elemen kemestaan. Karena itu, apa pun aktivitas yang kita lakukan, jika tanpa pertimbangan dan perencanaan yang baik, akan berpotensi mendatangkan bencana di tempat lain.
            Seorang ahli Geofisika cuaca bernama Edwart Lorentz telah mengembangkan sebuah hipotesis yang menyatakan, bahwa sekecil apa pun perubahan yang terjadi, dampak yang ditimbulkan akan semakin meningkat magnitude-nya. Dia membuktikan, bahwa perbedaan satu digit saja data di belakang koma (0,000X) akan menimbulkan perubahan berantai yang hasil akhirnya akan berbeda secara signifikan. Kurva yang menggambarkan terjjadinya perubahan ini disebut kurva Lorentz.
            Saya kutipkan sedikit kisah dari sebuah blog di internet tentang kurva Lorentz ini. Satu ketika, adalam usahanya untuk melakukan peramalan cuaca, Lorentz menyelesaikan 12 persamaan diferensial non-linear dengan komputer. Hasil perhitungannya itu kemudian digambarkan dalam bentuk kurva yang dicetak pada sehelai kertas. Pada awalnya, Lorentz mencetak kurva dalam format enam angka di belakang koma (..., 506127). Kemudian untuk menghemat waktu dan kertas ia memasukkan hanya tiga angka di belakang koma (...,506) dan cetakan berikutnya diulagi pada kertas yang sama yang sudah berisi hasil cetakan tadi dengan menggunakan enam angka di belakang angka. Satu jam kemudian, Lorentz dikagetkan dengan hasil yang sangat berbeda dengan yang diharapkan. Pada awalnya, kedua tersebut memanga berhimpitan, tetapi sedikit demi sedikit bergeser sampai membentuk corak yang sama sekali berbeda. Inilah yang kemudian dikenal sebagai “efek kupu-kupu” (butterfly effect). Efek ini mengibaratkan kepakan sayap kupu-kupu di Brasil (setara dengan pengabaian angka sekecil 0.000127) akhirnya mampu memicu terjadinya badai tornado di Texas beberapa bulan kemudian.

            Itu artinya, sekecil apa pun tindakan kita sekarang, pasti akan berdampak besar di kemudian hari. Konsep ini mengajari kita untuk berhati-hati dalam berfilir, berkata, dan bertindak. Ide yang baik, perbuatan yang baik, pasti akan menghasilkan hal-hal yang baik pula. Sebaliknya, semua perbuatan buruk akan menghasilkan keburukan yang dahsyat di masa depan. Maka, berhati-hatilah dalam bertindak. Seperti, jangan membuang sampah sembarangan, merokok seenaknya, jahil kepada orang lain, dsb. Perbuatan-perbuatan ini, terkesan sepele, tapi efek yang ditimbulkan bisa sangat fatal.
            Di muka bumi ini, terdapat delapan milyar lebih manusia. Masing-masing bergerak dan malakukan aktivitasnya masing-masing, entah itu baik atau buruk. Dengan berbagai macam aktivitas tersebut, maka aka nada bermilyar-milyar efek yang akan terjadi. Lalu, bagaimanakah kita memahaminya?
            Sebetulnya efek yang akan ditimbulkan tinggal mengikuti hokum aksi dan reaksi Newton. Setiap aksi pasti akan menimbulkan reaksi tinggal mangakumulasikannya saja. Misalnya, ketika seseorang membuang sampah sembarangan, kemudian sikap ini ditiru banyak orang, akan timbul legitimasi bahwa membuang sampah sembarangan itu diperbolehkan. Jika semua demikian, bencana banjir tinggal menunggu waktu saja. Yang terkena banjir boleh jadi bukan hanya mereka yang membuang sampah sembarangan, tetapi juga orang-orang di tempat lain.
            Dalam konteks yang lebih luas, secara fisikawi, tidak hanya terlihat pada aspek-aspek yang terekspresikan saja, tapi juga melibatkan aspek-aspek bawah sadar. Memang apa yang terjadi adalah hal yang kecil, tapi jika teakumulasi dan tidak ada penyeimbangnya, otomatis akan menjadi besar.

0 comments: